Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa
yang benar adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan
melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis.
Dengan demikian, bukan kebenaran objektif dari pengetahuan yang penting
melainkan bagaimana kegunaan praktis dari pengetahuan kepada individu-individu.
Dasar dari pragmatisme adalah logika pengamatan, di mana apa
yang ditampilkan pada manusia dalam dunia nyata merupakan fakta-fakta
individual, konkret, dan terpisah satu sama lain. Dunia ditampilkan apa adanya
dan perbedaan diterima begitu saja. Representasi realitas yang muncul di
pikiran manusia selalu bersifat pribadi dan bukan merupakan fakta-fakta umum.
Ide menjadi benar ketika memiliki fungsi pelayanan dan kegunaan. Dengan
demikian, filsafat pragmatisme tidak mau direpotkan dengan
pertanyaan-pertanyaan seputar kebenaran, terlebih yang bersifat metafisik,
sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan filsafat Barat di dalam sejarah.
Sumber : Wikipedia
2. VITALISME
Vitalisme adalah suatu doktrin yang mengatakan bahwa suatu
kehidupan terletak di luar dunia materi dan karenanya kedua konsep ini,
kehidupan dan materi, tidak bisa saling mengintervensi. Dimana doktrin ini
menghadirkan suatu konsep energi, elan vital, yang menyokong suatu kehidupan
dan energi ini bisa disamakan dengan keberadaan suatu jiwa.
Pada awal perkembangan filosofi di dunia medis, konsep
energi ini begitu kental sehingga seseorang dinyatakan sakit karena adanya
ketidakseimbangan dalam energi vitalnya. Dalam kebudayaan barat, yang dikaitkan
dengan Hippocrates, energi vital ini diwakilkan dengan humours; dan dalam
budaya timur diwakilkan oleh qi maupun prana.
Sumber : Wikipedia
3. FENOMENOLOGI
Fenomenologi adalah sebuah studi dalam bidang filsafat yang
mempelajari manusia sebagai sebuah fenomena. Ilmu fenomonologi dalam filsafat
biasa dihubungkan dengan ilmu hermeneutik, yaitu ilmu yang mempelajari arti
daripada fenomena ini.
Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Johann Heinrich
Lambert (1728 - 1777), seorang filsuf Jerman. Dalam bukunya Neues Organon
(1764). ditulisnya tentang ilmu yang tak nyata.
Dalam pendekatan sastra, fenomenologi memanfaatkan
pengalaman intuitif atas fenomena, sesuatu yang hadir dalam refleksi
fenomenologis, sebagai titik awal dan usaha untuk mendapatkan fitur-hakekat
dari pengalaman dan hakekat dari apa yang kita alami. G.W.F. Hegel dan Edmund
Husserl adalah dua tokoh penting dalam pengembangan pendekatan filosofis ini.
Sumber : Wikipedia
4. EKSISTENSIALISME
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang pahamnya
berpusat pada manusia individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang
bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak
benar. Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak
benar, tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif,
dan karenanya masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya
benar.
Eksistensialisme adalah salah satu aliran besar dalam
filsafat, khususnya tradisi filsafat Barat. Eksistensialisme mempersoalkan
keber-Ada-an manusia, dan keber-Ada-an itu dihadirkan lewat kebebasan.
Pertanyaan utama yang berhubungan dengan eksistensialisme adalah melulu soal
kebebasan. Apakah kebebasan itu? bagaimanakah manusia yang bebas itu? dan
sesuai dengan doktrin utamanya yaitu kebebasan, eksistensialisme menolak
mentah-mentah bentuk determinasi terhadap kebebasan kecuali kebebasan itu
sendiri.
Dalam studi sekolahan filsafat eksistensialisme paling
dikenal hadir lewat Jean-Paul Sartre, yang terkenal dengan diktumnya
"human is condemned to be free", manusia dikutuk untuk bebas, maka
dengan kebebasannya itulah kemudian manusia bertindak. Pertanyaan yang paling
sering muncul sebagai derivasi kebebasan eksistensialis adalah, sejauh mana
kebebasan tersebut bebas? atau "dalam istilah orde baru", apakah
eksistensialisme mengenal "kebebasan yang bertanggung jawab"? Bagi
eksistensialis, ketika kebebasan adalah satu-satunya universalitas manusia,
maka batasan dari kebebasan dari setiap individu adalah kebebasan individu
lain.
Namun, menjadi eksistensialis, bukan melulu harus menjadi
seorang yang lain-daripada-yang-lain, sadar bahwa keberadaan dunia merupakan
sesuatu yang berada diluar kendali manusia, tetapi bukan membuat sesuatu yang
unik ataupun yang baru yang menjadi esensi dari eksistensialisme. Membuat
sebuah pilihan atas dasar keinginan sendiri, dan sadar akan tanggung jawabnya
dimasa depan adalah inti dari eksistensialisme. Sebagai contoh, mau tidak mau
kita akan terjun ke berbagai profesi seperti dokter, desainer, insinyur,
pebisnis dan sebagainya, tetapi yang dipersoalkan oleh eksistensialisme adalah,
apakah kita menjadi dokter atas keinginan orang tua, atau keinginan sendiri.
Kaum eksistensialis menyarankan kita untuk membiarkan apa
pun yang akan kita kaji, baik itu benda, perasaaan, pikiran, atau bahkan
eksistensi manusia itu sendiri untuk menampakkan dirinya pada kita. Hal ini
dapat dilakukan dengan membuka diri terhadap pengalaman, dengan menerimanya,
walaupun tidak sesuai dengan filsafat, teori, atau keyakinan kita.
Sumber : Wikipedia
5. FILSAFAT ANALITIS
Filsafat analitik adalah aliran filsafat yang muncul dari
kelompok filsuf yang menyebut dirinya lingkaran Wina. Filsafat analitik
lingkaran Wina itu berkembang dari Jerman hingga ke luar, yaitu Polandia dan
Inggris. Pandangan utamanya adalah penolakan terhadap metafisika. Bagi mereka,
metafisika tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Jadi filsafat
analitik memang mirip dengan filsafat sains.
Di Inggris misalnya, gerakan Filsafat analitik ini sangat
dominan dalam bidang bahasa. Kemunculannya merupakan reaksi keras terhadap
pengikut Hegel yang mengusung [idealisme]] total. Dari pemikirannya, filsafat
analitik merupakan pengaruh dari rasionalisme Prancis, empirisisme Inggris dan
kritisisme Kant. Selain itu berkat empirisme John Locke pada abad 17 mengenai
empirisisme, yang merupakan penyatuan antara empirisisme Francis Bacon, Thomas
Hobbes dan rasionalisme Rene Descartes. Teori Locke adalah bahwa rasio selalu dipengaruhi
atau didahului oleh pengalaman. Setelah membentuk ilmu pengetahuan, maka akal
budi menjadi pasif. Pengaruh ini kemudian merambat ke dunia filsafat Amerika
Serikat, Rusia, Prancis, Jerman dan wilayah Eropa lainnya.
Setelah era idealisme dunia Barat yang berpuncak pada Hegel,
maka George Edward Moore (1873-1958), seorang tokoh dari Universitas Cambridge
mengobarkan anti Hegelian. Bagi Moore, filsafat Hegel tidak memiliki dasar
logika, sehingga tidak dapat dipertanggungjawabkan secara akal sehat. Kemudian
pengaruhnya menggantikan Hegelian, yang sangat terkenal dengan Filsafat bahasa,
filsafat analitik atau analisis logik.
Tokoh yang mengembangkan filsafat ini adalah Bertrand
Russell dan Ludwig Wittgenstein. Mereka mengadakan analisis bahasa untuk memulihkan
penggunaan bahasa untuk memecahkan kesalahpahaman yang dilakukan oleh filsafat
terhadap logika bahasa. Hal inilah yang ditekankan oleh Charlesworth. Penekanan
lain oleh Wittgenstein adalah makna kata atau kalimat amat ditentukan oleh
penggunaan dalam bahasa, bukan oleh logika.
Sumber : Wikipedia
6. STRUKTURALISME
Strukturalisme adalah faham atau pandangan yang menyatakan
bahwa semua masyarakat dan kebudyaan memiliki suatu struktur yang sama dan
tetap. Strukturalisme juga adalah sebuah pembedaan secara tajam mengenai
masyarakt dan ilmu kemanusiaan dari tahun 1950 hingga 1970, khususnya terjadi
di Perancis. Strukturalisme berasal dari bahasa Inggris, structuralism; latin
struere (membangung), structura berarti bentuk bangunan. Trend metodologis yang
menyetapkan riset sebagai tugas menyingkapkan struktur objek-objek ini
dikembangkan olerh para ahli humaniora. Struktualisme berkembang pada abad 20,
muncul sebagai reaksi terhadap evolusionisme positivis dengan menggunakan
metode-metode riset struktural yang dihasilkan oleh matematika, fisika dan
ilmu-ilmu lain.
Sumber : Wikipedia
7. POSTMODERNISME
Postmodernisme adalah faham yang berkembang setelah era
modern dengan modernisme-nya. Postmodernisme bukanlah faham tunggal sebuat
teori, namun justru menghargai teori-teori yang bertebaran dan sulit dicari
titik temu yang tunggal. Banyak tokoh-tokoh yang memberikan arti postmodernisme
sebagai kelanjutan dari modernisme. Namun kelanjutan itu menjadi sangat
beragam. Bagi Lyotard dan Geldner, modernisme adalah pemutusan secara total
dari modernisme. Bagi Derrida, Foucault dan Baudrillard, bentuk radikal dari
kemodernan yang akhirnya bunuh diri karena sulit menyeragamkan teori-teori.
Bagi David Graffin, Postmodernisme adalah koreksi beberapa aspek dari
moderinisme. Lalu bagi Giddens, itu adalah bentuk modernisme yang sudah sadar
diri dan menjadi bijak. Yang terakhir, bagi Habermas, merupakan satu tahap dari
modernisme yang belum selesai.
Sumber : Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar